Amerika Serikat (AS) bersama Israel kalah telak dalam pemungutan suara di Majelis PBB, Jum'at 22 Desember 2017.
Sidang ini pula yang menyimpan kisah menarik lainnya yakni bersatunya suara Iran dan Arab Saudi.
Dalam pemungutan suara di PBB 128 negara menyatakan menentang pengakuan Presiden Amerika Serikat Donald Trump atas kota suci tiga agama Yerusalem.
Dari 128 negara tersebut termasuk Negara Iran dan Arab Saudi. Bukan hal mudah untuk melihat Teheran punya argumen yang sama bersama Riyadh.
Padahal sebagaimana yang diketahui, hubungan kedua negara tersebut tengah retak. Setelah berkali-kali Arab Saudi menuding Iran melancarkan ancaman dengan memasok senjata ilegal kepada pemberontak di Yaman.
Meski Iran kemudian membantah keras tudingan itu. Dalam nasib Palestina,
Iran adalah negara yang tegas menolak Yerusalem jadi Ibu Kota Israel.
Hal itu ditunjukkan dengan khadiran Presiden Iran Hassan Rouhani yang hadir di KTT Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Istanbul, Turki.
Banyak pihak yang meragukan bila Arab Saudi akan berpihak ke Palestina. Sebab Arab Saudi dikenal sangat dekat dengan Amerika Serikat (AS). Namun sesaat jelang pemungutan suara di Majelis Umum PBB, Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud kepada Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyatakan kontra terhadap AS.
Hasil tersebut membuktikan ancaman Donald Trump untuk menahan bantuan kepada negara-negara yang kontra AS tidak berhasil.
"Teriakan global ‘NO to Trump’ yang mengintimidasi di PBB,” tulis Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif lewat akun twitternya.
Bahkan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bersuara lantang bahwa Donald Trump tidak bisa membeli demokrasi Turki.
Erdogan tidak takut dengan ancaman Tump menarik dolarnya dari Turki. Indonesia juga bersama Turki sangat vokal menentang AS dan pro Palestina.
Hasil ini juga menjadi angin segar bagi Palestina untuk mewujudkan impian menjadikan Yerusalem Timur sebagai Ibu Kotanya.
"Ini kemenangan Palestina. Kami akan meneruskan usaha kami ke PBB dan di tiap forum internasional supaya mengakhiri pendudukan ini dan menata negara kami (Palestina) dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kota," sebut Juru Bicara Presiden Palestina, Nabil Abu Rdainah
Comments
Post a Comment